Kamis, 11 Februari 2016

Terdampar di Politeknik Negeri Semarang



Manusia memang tidak pernah cepat merasa puas, pasti Ia akan berusaha meraih apa yang diimpikannya. Tak terkecuali dengan diriku, kali ini aku akan menceritakan kepada kalian tentang pengalamanku masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Ternyata susah sekali masuk ke kampus impian, masuk Perguruan Tinggi tuh nggak segampang saat aku masuk SMP dan SMK, untuk itu jangan merasa pintar gaees, karena ternyata masih banyak orang-orang pintar dan memiliki otak brillian diluar sana.

Oh ya, sebelumnya ingin kuberitahukan kalau aku ini lulusan SMK, iya SMK dan kalian tahu kan prioritas anak SMK itu harus apa? Yupps Kerja, kita sebagai anak SMK dari awal memang dibimbing dan diarahkan untuk bisa bekerja setelah lulus nanti, bayangkan saat masuk kelas X saja kita sudah harus menetukan jurusan yang akan kita tempuh selama tiga tahun kedepan, berbeda dengan anak SMA yang baru penjurusan ketika kelas XI. Dan kalian yang anak SMK pasti pernah merasakan kebingungan yang aku rasakan, kebingungan tentang memilih masa depan. Bingung setelah lulus mau kuliah atau kerja? Dan itu yang aku alami. Alasan aku dulu memilih SMK sih sepele, seperti yang dikatakan diatas lulusan SMK itu kalau lulus bisa milih mau kerja atau kuliah, bagiku kalau bisa dapat dua kenapa kita harus memilih yang satu. Mungkin bener sih kalau anak SMK itu bisa kerja dan kuliah. Kerja? Bisa banget apalagi di SMK tempatku bersekolah dulu SMKN 2 Kendal terdapat BKK (Bursa Kerja Khusus) yaitu bagian yang menangani masalah siswa siswa yang mau kerja dari mulai pendaftaran, info lowongan pekerjaan, dan sebagainya. Kuliah? Bisa sih, buktinya aku bisa kuliah, tapi susah, susah buat masuknya, mungkin bagi kalian anak SMK tahu maksudku.

Waktu itu saat udah mau lulus aku masih bingung menentukan pilihan antara kerja atau kuliah, sebenarnya dari lubuk hatiku yang paling dalam aku pingin kuliah belum pingin kerja, tapi aku juga harus berfikir dua kali karena kuliah itu nggak makan biaya yang sedikit. Karena masih ngeraba-raba akhirnya kucoba semua. Ada recruitment aku coba daftar, ada pendaftaran kuliah baik itu SNMPTN maupun SBMPTN aku juga daftar. Awalnya semua berjalan lancar-lancar saja, tapi masalah ini mulai kompleks setelah aku lolos seleksi tertulis dan mendapat panggilan wawancara perusahaan ke Bandung dan Jakarta. Yang aku takutkan cuma satu, bagaimana kalau aku ketrima? Itu artinya aku harus memilih bekerja dan meninggalkan mimpiku untuk kuliah. Mulai dari itu aku memutuskan bahwa ini nggak bisa dilanjutkan, aku harus memilih salah satu antara kerja atau kuliah. Akhirnya dengan pemikiran yang matang dan diskusi dengan orang tua aku memutuskan untuk kuliah dulu. Tapi masalah tidak berhenti sampai disitu saja, sudah memantapkan hati untuk kuliah artinya aku juga harus siap bersaing dengan puluhan ribu orang-orang diluar sana yang ingin masuk ke kampus impian. SNMPTN atau jalur prestasi akademik adalah langkah awal, masih kuingat dulu prioritasku adalah Pendidikan Teknik Elektro UNNES, kenapa? Karena sesuai dengan jurusanku di SMK, ya aku anak elektro, kata orang kalo mau lolos SNMPTN itu harus milih sesuai dengan jurusannya di SLTA. Daripada gagal aku memilih cari aman saja. Dan saat pengumuman ternyata namaku dinyatakan tidak lolos di Universitas manapun, sediiiih. Tetapi aku tak boleh menyerah, masih ada jalur lain, SBMPTN amunisiku berikutnya, masih kuingat moment ini sangat lucu sekali kalau diceritakan, SBMPTN adalah seleksi tulis dan materinya naudzubillah susahnyeee minta ampun. Prioritasku pada saat itu adalah Pendidikan Matematika, Matematika, dan Sastra Inggris yang semuanya aku mendaftar di UNNES. Kalian perhatikan prodi yang aku ambil, Aku daftar di Campuran gaees, sok banget anak SMK daftar kelompok campuran yang artinya aku harus menempuh dua tes baik itu Saintek dan Soshum. Waktu itu tesnya di UIN Walisongo Semarang, tes SBMPTN dimulai jam 07.00 itu artinya nggak mungkin kalau aku berangkat dari rumah, maka kuputuskan untuk berangkat satu hari sebelumnya bersama temanku Rangga yang kebetulan juga tes disana, kami memutuskan mencari penginapan untuk malam ini saja, tetapi seharian mencari aku tidak mendapatkannya. Aku bingung harus bagaimana. Tiba-tiba Rangga mengecek hapenya dan menemui kontak salah satu kakak kelasku SMP yang kebetulan kuliah disana, kita hubungi dia dan karena kakak kelasku itu perempuan ia merekomendasikan kami tidur dikontrakkan temennya yang laki-laki, syukurlah. Kita pergi kekontrakan temen kakak kelasku yang diketahui bernama Fikri. Sampai disana kita masih kaku tak tahu harus berbuat apa, bener-bener kikuk tinggal dengan orang yang tidak kita kenal, aku berharap malam ini cepat usai. Tapi entah masih ingat atau tidak, buat mas Fikri makasih ya atas tumpangannya, hahaha. Keesokan harinya hari yang ditunggu tiba dan deeeg aku nggak bisa ngerjain apa apa, sumpah ya ini soal lebih susah dari soal Olimpiade manapun yang pernah aku kerjakan. Lupakanlah aku sudah bisa menebak hasilnya. Ya TIDAK DITERIMA. Aku nggak boleh menyerah, masih banyak jalur yang bisa kutempuh, akhirnya aku ikut UMPN Polines, Polines? Awalnya aku ragu, aku ini ingin masuk ke Universitas, bukan Politeknik karena memang berbeda, di Universitas hal yang kita pelajari 70% Teori dan 30% Praktik, sedangkan di Politeknik 60% Praktik dan 40% Teori. Jujur ya aku lebih suka teori daripada praktik. Tetapi yang namanya kesempatan nggak boleh disia-siakan. Akhirnya aku mendaftar Teknik Listrik Polines jalur UMPN, sebenarnya jalur ini juga menggunakan tes tulis tapi soalnya nggak sesusah soal-soal SBMPTN, cocoklah untuk kapasitasku yang memang lulusan SMK, dan saat pengumuman ternyata aku diterima. Thanks God, mungkin memang harus seperti ini, mungkin memang ini jalannya. Aku berjanji tidak akan menyia-nyiakannya. Setelah itu aku mulai berfikir positif saja. Allah selalu punya cara untuk membahagiakan umatnya. Tak penting dimana kita berpijak sekarang, yang terpenting kearah mana kaki ini akan melangkah. Mungkin nama Polines tak setenar nama UGM, UNDIP, UNNES, atau apalah, tapi sekarang yang terpenting adalah pribadi kita, Ikan kecil dikolam yang besar bukanlah apa-apa, tetapi ikan besar dikolam yang kecil? Itu baru LUAR BIASA.


10 komentar:

  1. aku juga terdampar disana namun aku menemukan hal baru yang awalnya tak ku ketahui, kini ku punya tujuan yang lebih jelas setelah kejadian terdampar yang terjadi hampir 2 tahun yang lalu. disini, di tempat ini aku menemukan bahagiaku

    BalasHapus
    Balasan
    1. kag q mau tanya q pake accountnya sepupuq q alvi tahun ini alhamdulillah aq ketrima di polines tapi q nol sma skali gk tau tentang polines ,,, baca" katanya sekolah dipoliteknik itu susah apa dengan diriq yg jujur kurang disiplin gampang setress low terlalu serius berpikir dan kurang kreatif ni mampu melalui perkuliahan di polines? rasanya kok q minder y mb

      Hapus
  2. no matter where we are, let's create our paradise here !

    BalasHapus
  3. Kak saya mo tanya nih,kalo kuliah di polines,terus masuk lewat jalur um. Nah apakah ukt-nya sama besarnya bila masuk lewat jalur yang lain?mohon dijawab y kak,makasih..

    BalasHapus
  4. ka, kakakku lagi mau daftar Pollines juga, tapi dia stressnya gak ketulungan, setiap hari mbelajar soal-soal SBMPTN, menurut kakak Soal UMPN Pollines setara enggak sama SBMPTN?

    BalasHapus
  5. ka, kakakku lagi mau daftar Pollines juga, tapi dia stressnya gak ketulungan, setiap hari mbelajar soal-soal SBMPTN, menurut kakak Soal UMPN Pollines setara enggak sama SBMPTN?

    BalasHapus
  6. Kakak² disini apa ada yang pernah ikutan UM polines rekayasa tahun 2017 ?
    Kalau ada tolong dong bagi soal nya ya
    Trimakasih

    BalasHapus
  7. Kakak² disini apa ada yang pernah ikutan UM polines rekayasa tahun 2017 ?
    Kalau ada tolong dong bagi soal nya ya
    Trimakasih

    BalasHapus
  8. Yang gua rasakan kemaren emang kayak gitu
    Btw gua juga anak smk

    BalasHapus