Minggu, 07 Februari 2016

Escape to Bangkok






Koper? Udah siap.
Baju? Udah rapi.
Wajah? Udah ganteng.
We are ready to go. Tet tetet tetet
Bangkok adalah tujuan kami. Hampir sebulan sudah tinggal di Thailand nggak lengkap rasanya kalo belum pergi ke Bangkok. Masa iya ke Bangkok cuma pas ke Airportnya aja? Rugi dong. Dan kebetulan Mr. Panya Wakil Direktur Nakhorn Si Thammarat Seaboard Industrial College mengajak kami kesana sekalian mengantarkan kami ke Airport untuk pulang ke Indonesia dua hari setelahnya. Sediiih memang, rasanya baru kemarin kita menginjakkan kaki di negeri seribu pagoda ini, tau-tau udah harus pulang saja.


Awalnya kami mengira akan pergi ke Bangkok naik pesawat sama seperti waktu pertama kali kami datang ke Nakorn Si Thammarat, tapi dugaanku ternyata salah, karena kita ke Bangkok naik mobil, mobil pick up dengan penutup kapasitas lima orang, tetapi yang berangkat adalah Aku, Suci, Pak Aji, Pak Sofyan, Mr. Panya, Mrs. Pinnith (Istri Mr. Panya), dan Max (Anak Mr. Panya). Kita bertujuh? Iya bertujuh padahal kapasitas mobilnya lima orang, kecuali jika ada yang tidak keberatan duduk di bagasi belakang yang memang ada penutupnya tempat koper kami. Dan Mr. Panya dengan manis berkata “ Suryanto, is it okay if you and Max sit at back?” tak ada jawaban, aku cuma bisa nyengir. Kemudian dengan antiusias aku bertanya “How many times we get to Bangkok? Mr, Panya menjawab “Maybe almost 6-7 hours to get there” Oh my God gue harus duduk dibelakang selama 6 jam? Kamu harus strong sur hahaha.

Dan perjalanan ini pun dimulai, selama perjalanan aku mencoba mengajak ngobrol si Max, tetapi karena kendala bahasa hanya kebingungan yang kami dapat, apa mau dikata Max masih duduk dibangku SMP dan kemampuan Bahasa Inggrisnya masih pas-pasan. Ya Tuhan kapan penderitaan ini berakhir?. Selang beberapa menit Max terlihat tertidur pulas, dan aku hanya melihat sekeliling. Dalam perjalanan aku dihadapkan pemandangan dan view yang mengagumkan yang tak bisa kunikmati bila aku naik pesawat. Ternyata tak seburuk yang kami bayangkan.

Mr. Panya mengajak kita naik mobil memang bukan tanpa alasan, ternyata maksud dia agar kita bisa sesekali mampir di beberapa kota yang kita lewati. Pertama kita mampir di Chonburi disana sedang ada pameran kreatifitas karya anak-anak sekolah. Mataku tak henti-hentinya dimanjakan dengan suguhan kreatifitas yang ada, mulai dari pameran makanan unik, pameran teknologi canggih yang mereka ciptakan, and the last ada festival musiknya juga looh. waah sungguh keren. Aku dan Suci sibuk berjalan kesana kemari mencicipi makanan yang disediakan, tanpa peduli dimana guru-guru kami hahaha. Kemudian perjalanan kita berlanjut, dan mobil kita berhenti di salah satu obyek wisata yang ada di Hua Hin, disana kita berkeliling, naik perahu, dan berburu oleh-oleh khas daerah tersebut. Senang sekali inilah liburan yang benar-benar liburan. Tanpa terasa kami baru sampai di Bangkok saat hari menjelang malam. Kami menginap di Royal Hotel yang ada dipusat Bangkok dan bersiap untuk jalan jalan keesokan harinya.

Tok tok tok, pintu kamarku serasa ada yang mengetuk. Mr. Panya mengingatkanku untuk bersiap karena kita akan pergi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Thailand weeew, sebenarnya tidak jelas tujuaannya hanya ingin memberikan cinderamata semata. Namun, saat kita sampai disana tak ada Duta besar ataupun konsulat yang bisa kita temui, akhirnya kita memutuskan untuk pergi, Mr. Panya mengajak kami ke salah satu tempat wisata, aku lupa apa namanya tapi yang jelas banyak kera dimana-mana dan kera-kera itu sangat nakal mereka selalu mengambil barang barang milik pengunjung.

Perjalanan kita berlanjut sampai ke Wat Pho Palace, kuil dengan patung Budha raksasa dengan pose tertidur.

Patung Budha di kuil Wat Po
Ternyata untuk masuk kesana terdapat pintu yang berbeda untuk turis asing dan warga asli Thailand. Mr. Panya mempunyai ide gila agar kita masuk ke pintu warga asli Thailand karena menurutnya wajah kita hampir sama dengan wajah masyarakat Thailand pada umumnya jadi kita tidak perlu memutar untuk masuk ke pintu turis yang letaknya cukup jauh. Tapi ternyata hal itu tidak berhasil, kami ketahuan karena saat petugas penjaga bertanya kepada kami, kami bingung mereka ngomong apa? Alhasil kita harus masuk memutar cukup jauh. Setelah puas berkeliling, kami diajak untuk naik skytrain, waaaw ternyata skytrain yang kulihat dari film Bangkok Traffic Love Story kini bisa kujelajahi, kesannya sih biasa aja kaya naik kereta biasa tapi lumayanlah pengalaman baru hahaha.

Malam harinya kita memutuskan untuk menyusuri Khao San Road yang terletak tepat di depan Hotel untuk berburu oleh-oleh. Mr. Panya bilang kalau kita menawar dengan bahasa Thailand mungkin harganya tidak akan terlalu mahal. Hmm kalau cuma berhitung dalam bahasa Thailand aja mah aku bisa kok. Let’s try that. Dan benar saja aku dapat kaos dengan harga yang cukup murah dari harga sebelumnya karena aku tawar dengan bahasa Thailand. Dan anehnya penjualnya seperti tidak mengira kalau aku dari Indonesia, hahaha setelah puas berbelanja, kami memutuskan untuk kembali ke Hotel karena kami besok kami harus check in ke Airport jam 6 pagi untuk pulang ke Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar