Jumat, 05 Februari 2016

Cinta Butuh Perantara?





Bunyi merambat melalui udara, Pancing dan kail butuh benang agar dapat menjadi alat pancing. Sungai yang besar butuh jembatan untuk menyebrang dari satu sisi kesisi yang lain. Semua itu perlu perantara. Lalu seberapa pentingkah perantara itu? Seperti layaknya sebuah kalimat yang butuh spasi untuk membentuk suatu makna, Apakah cinta juga butuh perantara agar bisa bahagia?


Namun bagaimana jika perantara itu salah? Jembatan saja bisa roboh, benang pancing pun bisa putus. Perantara tak selalu membantu, terkadang perantara justru menghambat, menghambat jalan menuju kebahagiaan. Saluran transmisi contohnya, mungkin sebagian orang menganggap kabel-kabel transmisi itu sangat membantu mengalirkan arus dari pembangkit ke konsumen yang nun jauh disana, tetapi hanya sebagian saja yang mengetahui bahwa panjang kabel itu juga menghambat. Menyebabkan tegangan jatuh yang tak sedikit jumlahnya.


Kini pertanyaannya bagaimana jika ada perantara diantara kita? Seperti kebanyakan orang, aku juga tak ingin diusik. Aku tak ingin orang ikut campur dalam kehidupanku. Terlalu menyebalkan. Terlebih ia selalu muncul, datang sebagai tamu yang tak diundang. Orang-orang tidak bisa memberikan apapun yang aku mau. Karena yang aku mau cuma kebebasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar