Minggu, 21 Februari 2016

(FanFiction) Love's Coming



Title            : Love’s Coming
Author       : Akhmad Suryanto
Genre         : Love, Romance
Cast            :

  1. Jonathan Christie
  2. Gronya Somerville
  3. Masita Mahmudin

===================


Malam ini dingin sekali. Jo memilih duduk di balkon apartemen sambil melihat pemandangan sekeliling kota Perth. Padahal didalam udara terasa lebih hangat. Namun karena masih merasa sedikit Jetlag, mungkin sekedar ngopi sambil bersantai tak ada salahnya. Lagian hari juga belum terlalu larut.

Jo baru saja tiba di Australlia sore tadi. Bisnis ayahnya yang berkecimpung di bidang ekspor impor membawanya ke negeri kanguru ini. Awalnya memang Ia menolak. Karena banyak hal yang Ia miliki di Indonesia. Bagiamana tidak? ini berarti ia harus menjalin LDR dengan pacarnya, Masita. Tapi Ia tak bisa berbuat banyak. Ngomong-ngomong tentang Masita, apa kabar si pembuat masalah itu? Jo kemudian merogoh sakunya, meraih Hape yang masih disetel dalam mode penerbangan. Jari-jarinya mulai menghubungi nomor sang kekasih.

          “ Halo Ay, kamu udah makan belum?” cowok cool itu  membenarkan rambutnya sedikit. Angin yang agak sepoi sepertinya mengganggu tatanan rambutnya petang itu.

          “  Kok kamu baru ngabarin sekarang sih? Hape nggak bisa dihubungi lagi. Bikin khawatir tau nggak” cewek diseberang telepon terdengar menyungut. Masita sedari tadi menghubungi nomor pacarnya itu berkali-kali. Tapi hanya suara operator yang menemani kerinduannya.

          “ Iya sori, tadi belum sempat aja buka Hape, masih Jetlag. Eeh kamu belum jawab pertanyaan aku. Udah makan belum?” cowok itu berusaha menjelaskan pada kekasihnya yang merajuk. Masita memang hobi merajuk.

          “ Belum, nggak nafsu makan” Jawaban Masita terdengar cuek kali ini. Mungkin karena ia sedikit jengkel dengan perlakuan pacarnya sore tadi.

          “ Loh kok gitu? Makan dulu gih, nanti kamu sakit loh” Wejangan Jo lembut pada kekasihnya itu.

          “ Biarin. Kalau sakit tinggal minum obat kan beres” Jawab Masita sekenanya

          “ Jangan gitu dong, kalau kamu sakit nanti aku juga ikutan sakit” Ucapan Jo barusan membuat Masita meleleh. Apalagi pacarnya ini emang kalau ngomong selalu bikin hatinya berdebar-debar, seneng nggak karuan. Walau hari mulai malam, nampak keduanya belum merasa cukup untuk melepas kerinduan malam ini.

***

          Monday

          Istilah I hate Monday memang mejadi momok bagi sebagian pelajar, terutama Jo. Apalagi ini hari pertamanya masuk sekolah. Jo masih kelas 3 SMA, kini yang ada difikirannya sekarang adalah bagaimana ia melewati hari ini? Bagaimana sekolahnya? Bagaimana orang-orangnya? Apakah ia akan punya teman? Aah, semua itu bergelayut difikiran cowok tinggi berkulit putih itu.
          Jo mulai memasuki sekolah yang terletak di jalan Rokeby itu pelan. Ia terlihat kebingungan. Mana sih kelasnya? Umpatnya dalam hati. Matanya melihat kanan kiri, tiba-tiba

BRUUUK ...
         
“ Sorry, sorry ... “ Pinta Jo sembari merapikan buku-buku yang sempat tercecer karena ulahnya yang berjalan oleng. Sementara seorang cewek yang Ia tabrak tak mengucapkan sepatah katapun. Namun sorot matanya seakan berbicara.

          “ Once again, I really sorry about this” Jo  masih merasa bersalah. Sementara yang ditabrak tidak menggubris. Posisinya kini dekat sekali. Mungkin hanya beberapa centi. Terlihat nafasnya mulai tidak teratur. Perasaannya kini aneh. Cewek berambut lurus itu hanya melirik sebentar dan lantas pergi. Sepertinya Ia terlihat terburu-buru.

***
          “ Huuffft “
          Jo melemparkan tubuhnya ke kasur. Hari ini penat sekali. Awalnya ia memutuskan untuk tidur, tapi niat itu urung. Ia harus berlatih Bulutangkis sore ini, Ayahnya yang memang super sibuk nampaknya tidak membiarkan anaknya kesepian tinggal di negeri orang begitu saja. Sebelum datang kemari Jo sudah didaftarkan di klub Bulutangkis di Perth, yaah itung-itung buat ngisi kekosongannya. Jo memang suka Bulutangkis dan handal mengocek bulu angsa itu.

          Raket, sepatu dan tumbler sudah tertata rapi dalam tas. Ia siap berangkat. Sebelumnya Jo sudah memberi tahu Masita, agar tidak menghubunginya selama beberapa jam kedepan. Jo paling nggak suka Masita bawel karena telponnya nggak diangkat. Ya gimana mau ngangkat, orang Jo sedang nepok-nepok manja. Lagian kalau udah main bulutangkis tuh Ia jadi nggak ingat Masita, hahaha. Biar aja, lupain si bawel itu sesaat nggak papa kan, huhuhuy. Setelah lama berjalan akhirnya Ia sampai ke  venue tempat Ia akan berlatih.
          “ Silahkan mas, ada yang bisa saya bantu?” ujar mbak penjaga tempat itu dengan logat bahasa inggris yang kental

          “ Saya mau ketemu Mr. Anderson, dimana ya?” Tanya Jo sopan

“ Ohh. Langsung masuk aja, Mr. Anderson ada didalam”
Jo langsung memasuki GOR itu dengan semangat. Besar juga fikirnya. Sesuai dengan apa yang Ia harapkan. Tiba-tiba terlihat seseorang mengahampiri kearahnya.
         
“ You must be Jonathan right?”
         
“ Yes, Are you  Mr. Anderson?
         
“ Ya tentu saja, come on. Kamu sudah ditunggu” ujar Mr Anderson sambil menarik tangan Jo ke kerumunan yang sedang berlatih bulutangkis. Ternyata mereka sedang berlatih  footwork. Mata Jo sibuk memandangi sekeliling, dan degg, bola matanya terpaku pada seorang gadis yang sedang lari kesana kemari mengambil shuttlecock dikiri dan kanan lapangan secara bergantian. Itu kan cewek yang Ia tabrak tadi. Dia disini juga. Kini hatinya mulai penasaran. Siapa sih sebenernya cewek itu?

***

          Latihan hari ini usai, semua berkemas hendak pulang ke rumah masing-masing. Tak terkecuali dengan Jo. Namun saat mau pulang dia kembali berpapasan dengan cewek yang Ia tabrak disekolah tadi.
         
“ Hei, kita ketemu lagi. Sekali lagi maaf ya soal yang tadi “ Ucap Jo sambil menggaruk-garuk kepalanya takut kena marah tuh cewek.

          “ Bukannya tadi kamu udah minta maaf ya? “ Ucap cewek tersebut keheranan
         
“ Iya sih, tapi kamunya diem aja, takutnya masih marah dan nggak dimaafin “ Ucap Jo yang masih merasa bersalah. Sementara cewek itu malah tersenyum
         
“ Yaelah, santai aja lagi. Masalah gitu doang. Tadi aku cuma keburu-buru aja” cewek itu mencoba menenangkan
         
“ Namaku Jo, kamu? Jo mengulurkan tangannya sambil mengernyitkan alis. Dengan tabiat seperti itu Ia terlihat lebih cool dari biasanya
         
“ Gronya “ jawabnya pendek seraya menggenggam tangan Jo. Mata Gronya seperti terhipnotis melihat seseorang yang ada didepannya itu.

***

          Tiba di apartemen Jo kaget karena ayahnya tumben sudah pulang. Biasanya sang Ayah baru tiba saat malam mulai larut. Entah, Jo jarang sekali ngobrol dengan Ayahnya. Bukannya apa-apa, waktu mereka emang selalu nggak cocok. Mungkin mereka bertemu hanya saat sarapan. Tapi itupun jarang bahkan nggak ada hal yang diperbincangkan. Saat sang ayah pulang, Jo sudah sampai di alam mimpi. Dan sekarang anomali itu mungkin hanya terjadi hari ini.
         
“ Udah makan Jo?” Tanya Ayahnya sambil membolak-balik dokumen entah itu dokumen apa
         
“ Belum Pah, baru aja selesai latihan “ Jo yang masih terlihat suntuk
         
“ Ya udah kamu buruan mandi gih, kita makan diluar bareng temen Papah” Seru sang Ayah bersemangat. Sementara Jo tidak menjawab tetapi langsung menyambar handuk tanda Ia mengiyakan tawaran Ayahnya barusan.

***

          The Aviary Bar & Restaurant yang terletak di King Street terlihat tak begitu ramai. Maklum ini bukan weekend. Tapi tak terlihat lengang juga. Jo tak berbuat aneh, Ia hanya menguntit dibelakang sang ayah. Sementara ayahnya sedari tadi hanya tengak tengok kesana kemari seperti mencari sesuatu.
         
“ Itu mereka. Yuk kita kesana” Ujar Ayah Jo pelan
Jo dan ayahnya menghampiri sekumpulan yang terlihat seperti satu keluarga yang sedang berbincang itu. Ayah Jo lalu menyapa mereka, tak hanya Ayahnya Jo juga ikut buka suara terkejut melihat siapa yang ada didepannya malam ini.
         
“ Gronya??” Ucap Jo keheranan
         
“ Kalian udah kenal?” sang Ayah lebih kaget lagi
         
“ Iya pah, temen disekolah dan kebetulan kita kenal di ... “
         
“ ....Iya Om kebetulan kita satu sekolah dan udah ketemu tadi”
belum selesai melanjutkan omongannya, pinggang Jo dicubit oleh Gronya. Kini Gronya mengambil alih perbincangan
         
“ Baguslah kalau gitu, Jo kenalin ini temen bisnis papah Om Felipe dan istrinya tante Sonya, dan itu anak mereka Gronya” Ujar Ayah Jo mengenalkan orang-orang itu bak penghulu yang siap memimpin kawinan.
         
“ Saya Jo om, tante, nice to meet you “ ucap Jo sopan
Keakraban mereka terasa begitu kental hingga memecah keheningan malam. Tapi masih timbul satu pertanyaan, pertanyaan tentang sikap Gronya yang aneh malam itu. Jo masih penasaran. Kenapa tuh cewek moodnya gampang banget berubah-ubah?

***

          Teeeet, teet, teeeeeeet ...

          Jam istirahat berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas, kemana lagi tujuan mereka kalau bukan kantin. Emangnya otak doang yang kudu dijejelin materi, perut ini juga butuh coy, hahaha. Jo berjalan menyusuri lorong. Dihadapannya terpampang kerumunan orang, entah apa yang sedang mereka lihat. Penasaran juga, Jo ikutan mampir. Mading itu dikerubungi banyak orang, kayak pengumuman kelulusan aja? Aneh deh. Padahal ini kan masih tahun ajaran baru. Jo semakin bertanya-tanya. Di mading itu ada apaan sih?
         
GET READY !!!
          Spesial Performance from the most talented young lady
GRONYA SOMERVILLE
          Don’t miss it, find her at Mount Lawley

Kira-kira seperti itulah poster yang terpampang di mading sekolah. Gronya? Nyanyi? Nggak salah tuh. Keren juga tuh anak. Jo heran ternyata cewek aneh itu nggak cuma jago main bulutangkis, tapi juga bisa nyanyi, di Mount Lawley lagi. Keren nggak tuh. Tapi ngomong-ngomong dimana ya tuh anak? Jo membalikkan badan bermaksud mencari orang yang mejeng di poster tadi sekedar ngucapin selamat.

***

          “ Heii, disini kamu rupanya, congrats ya” Ucap Jo yang langsung duduk berhadapan dengan Gronya
         
“ For?” Ucap Gronya keheranan sambil menikmati sandwich
         
“ Nggak usah belagak bego deh gro, ini traktirannya kan?kayaknya enak tuh “ Jo langsung menyambar Orange Squash yang ada dihadapannya.
         
 “ Kamu ngomong apa sih? Balikin nggak minum Aku! “ kini Gronya mulai naik pitam
         
“ Sewot amat sih non, iya deh yang bakalan tampil di Mount Lawley “ Jo mulai menggoda cewek Aussie berwajah oriental itu. Sementara Gronya tersipu terlihat dari pipinya yang memerah.
         
“ Kok kamu bisa tahu?” giliran Gronya yang penasaran
         
“ Semua orang juga udah tau lagi, oh ya pas kamu tampil aku bakal teriak di barisan yang paling depan”
         
“ Yeaah, You should !”
Mereka kini terlihat makin akrab. Tak jarang tawa mereka pecah seiring kelucuan-kelucuan yang mereka timbulkan. Jo yang awalnya berfikir kalau Gronya itu cewek yang cuek ternyata salah besar.
         
“ Eh iya Jo, Aku mau ngomong sesuatu sama kamu ” Gronya kembali membuka perbincangan
         
“ Soal apa?” kini Jo penasaran
         
“ Tapi kamu harus janji dulu nggak akan bilang ke siapa-siapa terutama sama Papah aku” Gronya terlihat yakin kali ini, sementara Jo hanya bisa mengiyakan
         
“ Ga jadi deh, nanti aja “ Gronya kemudian berlari meninggalkan kantin, pergi meninggalkan Jo yang cuma terpaku siang itu.

***

          Mount Lawley terlihat ramai sekali, orang-orang berdesakan menyelimuti bangunan yang terkenal dengan pertunjukkan musik itu. Jo tak memperdulikan sekeliling. Yang ada dipikirannya sekarang adalah Ia harus segera masuk dan berada dibarisan paling depan. Setelah berdesakan akhirnya ia sampai dibarisan yang ia kehendaki. Ia tak sabar melihat pertunjukkan terbaik abad ini. Sepertinya yang ini lebay, hahaha. Jo sebenarnya nggak terlalu suka musik. Tapi buat Gronya apa sih yang nggak bakal Ia lakukan.
         
Lighting tiba tiba gelap, sedikit-demi sedikit muncul seberkas cahaya yang menyinari, menyorot seseorang yang terlihat anggun diatas sana. Gronya cantik sekali malam ini. Berbalut busana merah menyala membuat semua orang terhipnotis. Gronya mulai menyanyi, suaranya lembut. Ia membawakan lagu Stay dari Miley Cyrus.

Well it's good to hear your voice
I hope you're doing fine
And if you ever wonder
I'm lonely here tonight
I'm lost here in this moment
And time keeps slipping by
And if I could have just one wish
I'd have you by my side
Ooh oh, I miss you
Ooh oh, I need you
I love you more than I did before
And if today I don't see your face
Nothing's changed, no one can take your place
It gets harder, everyday
Say you love me more than you did before
And I'm sorry it's this way
But I'm coming home, I'll be coming home
And if you ask me I will stay, I will stay

Penonton bertepuk tangan. Gemuruh sekali. Sementara Jo hanya bisa terbelalak. Entah kenapa Jo mulai kagum dengan cewek ini. Entah kenapa cewek ini seperti menghipnotis dirinya yang siap terbang ke alam mimpi. Jo mulai merasakan perasaan aneh. Perasaan aneh yang seharusnya tak ia miliki. Tidak, Jo tidak boleh jatuh cinta dengan Gronya, Jo masih memiliki Masita yang setia menunggu di Indonesia. Tapi perasaan ini juga tak mudah untuk dibantahkan. Mungkin Ia harus menunggu sampai waktu yang menjawabnya.

***

          “ Kamu keren banget, cantik lagi “ Puji Jo pada Gronya
         
“ Makasih kamu udah mau dateng” Ucap Gronya sambil tersenyum, senyum yang beda dari biasanya.
         
“ Aww” Gronya menggosok matanya, nampaknya ia kelilipan, udara malam Perth kali ini memang tak terlihat bersahabat.
         
“ Biar kulihat ” Jo berupaya menawarkan bantuan, tangannya menangkup wajah Gronya pelan dan meniup-niupnya dengan nafas segar. Sesekali ia terlihat canggung tak pernah ia berada dengan Gronya sedekat ini. Nafasnya seperti mulai tidak teratur.
         
“ Jo, kaukah itu?” tiba-tiba seberkas suara muncul dari arah samping.
          Jo menoleh kaget setengah mati “Masita”

***

          Masita berlari sekencang-kencangnya. Batinnya kini bergejolak. Sebenarnya ia tak tahu harus lari kearah mana. Tapi yang ia tahu Ia harus lari menghindari Jo. Menghindari kekasih yang membuat hatinya hancur beberapa menit tadi.
         
“ Masita, Masita ... ” Jo berlari tak kalah kencangnya. Perutnya bergetar menahan ketakutan yang ia hadapi saat ini.
         
Masita menyerah, ia tak sanggup berlari lagi. Cepat atau lambat Jo pasti akan menyusulnya. Ia memilih berhenti dan mengatur nafasnya yang mulai kembang kempis.
         
“ Masita.. “ kini Jo menggenggam tangan kekasihnya itu. Masita tersipu, tapi Ia harus menampik perlakuan itu. Hatinya kini diselimuti perasaan cemburu. “Aku bisa jelaskan”
         
“ Apa yang ingin kamu jelaskan? Dari dulu kamu memang tidak menyukaiku” cewek itu masih belum berbalik.
         
“ Kamu salah paham, ini tidak seperti yang kamu fikirkan” Jo menjelaskan semua yang terjadi. Mulai dari kejadian kelilipan tadi sampai siapa cewek yang bersamanya itu. Masita mungkin memang tidak bisa percaya begitu saja. Tetapi melihat perlakuan pacarnya itu ia tidak kuat lagi. Hatinya kini mulai luluh.
         
“ Sungguh kau tidak selingkuh?” Masita menatap wajah itu yakin. Sementara Jo tak mengeluarkan sepatah katapun. Tetapi membuat isyarat dengan kedua jarinya tanda ia tak berbohong, sambil mengatur nafasnya yang tercecer sedari tadi. Nampaknya perang telah usai.
         
“ Hei, lalu apa yang kau lakukan disini? Segitu kangennya kah sampai menyusulku kemari?” Jo keheranan namun senyum tipis tak bisa ia sembunyikan
         
“ Aku ikut tanteku kemari, tapi cuma beberapa hari. Dan hari ini dibuka dengan kejutan kecil darimu” Masita menjelaskan lantas bernalik membelakangi Jo
         
“ Masih ngambek nih? Jo harus ngelakuin apa biar kamu nggak ngambek lagi?“ cowok itu berusaha menghibur. Memecah suasana yang mulai malam.
         
“ Yakin kamu bakal ngelakuin apa aja?” Masita menantang. Sementara Jo cuma mengangguk pelan. “ Kamu harus ngajak aku jalan keliling Perth, dan bilang Jo Love Masita” terlihat senyum kemenangan muncul di raut mukanya
         
“ Gitu doang? Siapa takut ! “ Jo balik menantang

***

      Latihan kali ini terlihat berbeda dari biasanya. Mr. Anderson membebaskan anak didiknya untuk bebas melakukan latihan apapun. Jo memilih bermain-main ringan saja. Sparing dengan temannya adalah menunya sore ini. Di sasana ini memang Jo terlihat lebih unggul dari yang lain. Ia menguasai beberapa teknik bulutangkis dengan baik. Bahkan rencananya ia akan mengikuti turnament bulutangkis antar sekolah.
         
Pukulan kearah kiri lapangan menyudahi pertandingannya kali ini. Jo kemudian menepi. Diambilnya handuk dan dioleskannya ke seluruh tubuh yang bercucuran peluh. Tangannya mencari tumbler. Tapi ia tak juga menemukannya. Perasaan tadi Ia tarus didalam tas ini kenapa sekarang nggak ada.
         
“ Cari ini bos? “ Tangan Gronya mengulurkan tumbler Jo kearahnya. Jo heran kenapa tumblernya bisa ditangan Gronya.
         
“ Thanks “ Jo meneguk tumbler itu  cepat. Tenggorokannya terasa kering. Sedikit pengairan mungkin mengobati.
         
“ Tadi malam itu pacarmu? “ Tanya Gronya penasaran, berharap Jo mengatakan tidak
         
“ Oh, sorry ya soal tadi malam. Iya dia pacarku. Biasa, salah paham“  Degg hati Gronya seakan tercabik-cabik. Ia tidak kuat menahan rasa ini lagi. Belum usai masalah satu, masalah lain timbul silih berganti.
         
“ Santai aja “ jawabnya kini cuek
         
“ Kamu nggak papa? Oh ya waktu itu kamu mau ngomong apa? Aku nungguin nih” Jo mendekatkan kepalanya dan bersiap memasang kuping kearah Gronya.
         
“ Gak papa “
         
“ Bohong, waktu itu aku lihat matamu berbeda” ucap Jo menyerngit. Gronya harus menyembunyikan perasaannya.
         
“ Oh .. aku cuma mau bilang kalau sebenarnya Papah aku nggak suka aku main bulutangkis” Gronya mulai menjelaskan. Sebenarnya bukan itu yang ingin ia jelaskan. Tapi Ia pikir tak ada salahnya juga. Gronya memang anak satu-satunya dikeluarga tersebut. Ayahnya dulu suka sekali bulutangkis. Tetapi karena keseringan main. Ia terkena cidera paha yang cukup parah. Sampai-sampai harus operasi beberapa kali.
         
“ Makanya pas kamu ketemu papahku, aku langsung cubit kamu, biar nggak cerita aneh-aneh soal bulutangkis. Maaf ya soal itu” Gronya menambahi, dia juga bilang kalau sebenarnya dia ikut latihan disini diam-diam.
         
“ Sebenarnya aku ikut nyanyi itu juga kepaksa, aku nggak suka nyanyi, Papahku yang minta” Gronya menjelasakn tentang dirinya panjang lebar. Sementara Jo cuma bisa manggut-manggut. Terlihat air mata membanjiri kedua pipinya.
         
“ Jangan nangis Gro, mungkin papah kamu cuma pengen yang terbaik untuk kamu” Jo menghapus air mata Gronya pelan. Gronya merasa sangat nyaman kali ini. Tak pernah ada seseorang yang memperlakukannya semanis itu.
         
“ Besok kita jalan yuk“ Jo mengalihkan perhatian. Gronya hanya terpaku tanda mengiyakan ajakan itu.
         
“ Aku tunggu ditaman deket Swan River” Ucap Jo yang berlalu pergi

***

          Gronya duduk tenang di bangku, matanya dimanjakan dengan pemandangan sekitar Sungai Swan. Hatinya berdebar-debar. Ia tak bisa membayangkan apa yang akan ia lakukan nanti. Jo benar-benar membutakan pikirannya. Tiba-tiba terdengar suara menyaut.

          “ Gro..” Jo berlari menghampirinya, tapi kali ini ia tidak sendiri. Jo bersama cewek. Hati Gronya seraya pecah. Moodnya kini benar-benar turun.

          “ Sorry telat, oh ya kenalin ini pacar aku Masita, Masita kenalin ini temen aku Gronya”

          “Masita..” Masita menjabat tangan Gronya pelan. Sebenarnya ia minder bertemu cewek sebening Gronya. Awalnya saat Jo bilang kalu dia ngajak Gronya, Ia sempat illfeel. Tapi kalau ditolak, takutnya Jo malah kelayapan seenaknya sama bule Aussie itu.

          Sementara Gronya nampak tak semangat sore ini. Awalnya dia berfikir hanya pergi bersama dengan Jo, Tapi bagai pungguk yang merindukan bulan rasanya itu tak mungkin. Apalagi status Jo yang sudah jadi milik orang lain.

          Mereka menyusuri pinggri sungai Swan sore itu. Jo dan Masita terlihat mesra sekali. Apalagi Masita beberapa kali menyandarkan kepalanya dibahu pacarnya itu. Mereka asyik bercakap-cakap. Sementara Gronya terlihat sedikit gedeg. Apa coba motivasi Jo mengajak dirinya jalan-jalan sore ini. Bukannya menghibur justru bikin mood Gronya tambah jelek. Apalagi melihat Jo dan Masita asyik dengan dunianya sendiri. Puas berkeliling, mereka memutuskan mampir di kedai makanan.

          “ Kamu mau makan apa ay? “ Tawar Jo pada sang pacar.

          “ Terserah kamu aja deh “ Jawab Masita manja

          “ Gro, kamu mau makan apa? “ Tanya Jo tak kalah lembutnya

          “ Terserah, ngikut aja “ jawab Gronya singkat. Jawaban seperti mereka ini yang paling Jo benci. Emang ada makanan Terserah?. Dasaar cewek.

“ Ya udah aku pesen dulu yah” Ucap Jo seraya pergi meninggalkan mereka berdua

“ Kamu udah lama temenan sama Jo? “ Tiba-tiba Masita nyeletuk pada Gronya yang sedari tadi diam.

“ Lumayan, kebetulan kita satu sekolah” Jawab Gronya dengan sedikit senyum tipis mengembang
         
“ Jo gimana orangnya?” kini Masita seperti menyelidik

          “ Baik kok. Kalian udah lama pacaran?” kini Gronya balik nanya, sebenarnya dirinya malas melontarkan pertanyaan ini.

          “ Udah 2 tahun “ jawab Masita pendek.

          “ Lama juga ya, semoga langgeng “ Gronya tersenyum. Walau dia sedikit ragu dengan perkataannya barusan

***

          Jo mengambil koper itu dari mobil. Koper ini berat sekali. Masita emang ribet kalau bawa barang. Hari ini Masita harus pulang ke Indonesia. Urusan tantenya di Australlia telah selesai. Rasanya ia masih pengen berlama-lama disini. Menghabiskan waktu bareng pacarnya itu setiap hari. Jo hanya bisa mengantarkan Masita sampai Airport. Jo sebenarnya Juga rindu Indonesia. Tapi mau gimana lagi. Ia tak bisa berbuat banyak.

          “ Ati-ati non, jangan nakal ” ucap Jo pada Masita yang sibuk dengan barang bawaannya.

          “ Kamu yang jangan nakal, awas aja kalau ketahuan macem-macem”

          “ Siaaap Komandan “ Ucap Jo sambil hormat seperti sersan yang tunduk pada panglimanya.

          Mereka berdua terkekeh. Masita mulai berlalu. Tak ada tindakan lain yang bisa dilakukan Jo selain melambaikan tangan pada kekasihnya itu.

***

          “Jo ada surat tuh” Ucap papahnya yang melihat Jo yang baru bangun karena memang hari libur.

          “ Dari siapa pah?” Tanya Jo sambil berjalan menghampiri surat itu

          “ Dari Pak Pos “ Ayah Jo memang bener-bener gokil, ya iyalah dari Pak Pos, masak iya dari Pak camat. Mungkin ini surat dari Masita, dasar tuh cewek di jaman yang secanggih ini masih aja pakai surat. Kaya hidup di jaman Purba aja. Tapi ternyata tebakan Jo salah. Ini bukan dari Masita, tapi dari Gronya.

          Hai Jo, kamu pasti kaget aku ngirim surat ini. Sebenarnya aku mau bilang langsung sama kamu tapi kita sekarang jarang sekali ketemu. Aku harus pindah Jo. Papah mengajakku pindah ke Melbourne, katanya karir bermusik aku bakal bagus disini. Awalnya aku menolak. Tapi seperti kata kamu, mungkin papah emang pengen yang terbaik buat aku. Dan aku berfikir apa salahnya di coba. Apalagi Perth mengukir kenangan pahit buatku. Dan sepertinya aku tidak akan kembali lagi kesana. Mungkin disini aku bisa mengukir kenangan yang lebih manis. Aku harus memulai semuanya dari nol. Terima kasih mau menjadi temanku selama ini. Maaf ya baru ngasih tahu sekarang.  -Gronya-

          Jo kaget bukan kepalang. Rasanya gejolak batin muncul dari pikirannya. Bagaimana bisa Gronya pergi secepat ini. Rasanya ini mimpi. Ini bukan kenyataan. Berulang kali ia menampik hal itu. Mungkin Jo memang punya Masita. Tapi Gronya berbeda. Rasanya Ia juga tak bisa menampik kalau dirinya juga suka dengan Gronya. Cewek cuek yang penuh dengan segudang prestasi. Ia hanya bisa menyesali kepergian Gronya itu.

***

Satu tahu kemudian

          Gemuruh supporter membajiri Sidney Olympic Park. Hari ini sedang berlangsung Final Kejuaraan Nasional Bulutangkis Australlia. Di nomor tunggal putra sedang berhadapan Jonathan Christie atlet asal Indonesia melawan Daniel Guda veteran asal Australia. Pertandingan berlangsung seru, kedudukan 19-15 di game kedua ini untuk keunggulan Jo sapaan akrabnya. Game pertama berhasil ia rebut dengan mudah 21-12 itu artinya dua poin lagi Jo akan mencatatkan namanya sebagai Juara Nasional Bulutangkis Australlia. Netting ciamik yang baru saja ia lakukan mengelabuhi Daniel. Match Point 20-15. Satu angka lagi dibutuhkannya untuk menyudahi perlawanannya hari ini.

          “ Whoaaa ...” baru saja tipuan silangnya masuk di pinggir lapangan tak dapat diantisipasi dengan baik oleh Daniel. Game 21-15. Jo meluapkan euforia kemenangannya itu dengan berteriak girang.

***

          Ladies and Gentlement we call the Winner of National Badminton Championship, give a big applause for Jonathan Christie.

Ucapan speaker barusan diikuti riuh rendah suporter yang memadati Sidney Olympic Park. Jo naik ke podium. Rasanya senang bukan kepalang. Kalungan mendali ia dapati. Namun matanya tak henti menatap tribun VIP. Disana berdiri seseorang yang sedari tadi menyemangati dirinya. berbalut Jersey Ungu, ia nampak anggun sekali.


Gronya, cewek itu kembali lagi. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya kini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar