Title : Love’s Coming
Author : Akhmad Suryanto
Genre : Love, Romance
Genre : Love, Romance
Cast :
- Jonathan Christie
- Gronya Somerville
- Masita Mahmudin
===================
Malam ini dingin sekali. Jo memilih duduk di balkon apartemen sambil
melihat pemandangan sekeliling kota Perth. Padahal didalam udara terasa lebih
hangat. Namun karena masih merasa sedikit Jetlag,
mungkin sekedar ngopi sambil bersantai tak ada salahnya. Lagian hari juga belum
terlalu larut.
Jo baru saja tiba di Australlia sore tadi. Bisnis ayahnya yang berkecimpung
di bidang ekspor impor membawanya ke negeri kanguru ini. Awalnya memang Ia
menolak. Karena banyak hal yang Ia miliki di Indonesia. Bagiamana tidak? ini
berarti ia harus menjalin LDR dengan pacarnya, Masita. Tapi Ia tak bisa berbuat
banyak. Ngomong-ngomong tentang Masita, apa kabar si pembuat masalah itu? Jo
kemudian merogoh sakunya, meraih Hape yang masih disetel dalam mode
penerbangan. Jari-jarinya mulai menghubungi nomor sang kekasih.
“ Halo Ay, kamu udah makan
belum?” cowok cool itu membenarkan rambutnya
sedikit. Angin yang agak sepoi sepertinya mengganggu tatanan rambutnya petang
itu.
“ Kok kamu baru ngabarin sekarang sih? Hape
nggak bisa dihubungi lagi. Bikin khawatir tau nggak” cewek diseberang telepon
terdengar menyungut. Masita sedari tadi menghubungi nomor pacarnya itu
berkali-kali. Tapi hanya suara operator yang menemani kerinduannya.
“ Iya sori, tadi belum
sempat aja buka Hape, masih Jetlag. Eeh kamu belum jawab pertanyaan aku. Udah
makan belum?” cowok itu berusaha menjelaskan pada kekasihnya yang merajuk.
Masita memang hobi merajuk.
“ Belum, nggak nafsu makan”
Jawaban Masita terdengar cuek kali ini. Mungkin karena ia sedikit jengkel
dengan perlakuan pacarnya sore tadi.
“ Loh kok gitu? Makan dulu
gih, nanti kamu sakit loh” Wejangan Jo lembut pada kekasihnya itu.
“ Biarin. Kalau sakit
tinggal minum obat kan beres” Jawab Masita sekenanya
“ Jangan gitu dong, kalau
kamu sakit nanti aku juga ikutan sakit” Ucapan Jo barusan membuat Masita
meleleh. Apalagi pacarnya ini emang kalau ngomong selalu bikin hatinya
berdebar-debar, seneng nggak karuan. Walau hari mulai malam, nampak keduanya
belum merasa cukup untuk melepas kerinduan malam ini.
***
Monday
Istilah I hate Monday memang mejadi momok bagi sebagian pelajar, terutama
Jo. Apalagi ini hari pertamanya masuk sekolah. Jo masih kelas 3 SMA, kini yang
ada difikirannya sekarang adalah bagaimana ia melewati hari ini? Bagaimana
sekolahnya? Bagaimana orang-orangnya? Apakah ia akan punya teman? Aah, semua
itu bergelayut difikiran cowok tinggi berkulit putih itu.
Jo mulai memasuki sekolah
yang terletak di jalan Rokeby itu pelan. Ia terlihat kebingungan. Mana sih
kelasnya? Umpatnya dalam hati. Matanya melihat kanan kiri, tiba-tiba
BRUUUK ...
“ Sorry, sorry ... “ Pinta Jo sembari merapikan buku-buku yang sempat
tercecer karena ulahnya yang berjalan oleng. Sementara seorang cewek yang Ia
tabrak tak mengucapkan sepatah katapun. Namun sorot matanya seakan berbicara.
“ Once again, I really sorry
about this” Jo masih merasa bersalah.
Sementara yang ditabrak tidak menggubris. Posisinya kini dekat sekali. Mungkin
hanya beberapa centi. Terlihat nafasnya mulai tidak teratur. Perasaannya kini
aneh. Cewek berambut lurus itu hanya melirik sebentar dan lantas pergi.
Sepertinya Ia terlihat terburu-buru.
***
“ Huuffft “
Jo melemparkan tubuhnya ke
kasur. Hari ini penat sekali. Awalnya ia memutuskan untuk tidur, tapi niat itu
urung. Ia harus berlatih Bulutangkis sore ini, Ayahnya yang memang super sibuk nampaknya
tidak membiarkan anaknya kesepian tinggal di negeri orang begitu saja. Sebelum
datang kemari Jo sudah didaftarkan di klub Bulutangkis di Perth, yaah
itung-itung buat ngisi kekosongannya. Jo memang suka Bulutangkis dan handal
mengocek bulu angsa itu.
Raket, sepatu dan tumbler
sudah tertata rapi dalam tas. Ia siap berangkat. Sebelumnya Jo sudah memberi
tahu Masita, agar tidak menghubunginya selama beberapa jam kedepan. Jo paling
nggak suka Masita bawel karena telponnya nggak diangkat. Ya gimana mau
ngangkat, orang Jo sedang nepok-nepok manja. Lagian kalau udah main bulutangkis
tuh Ia jadi nggak ingat Masita, hahaha. Biar aja, lupain si bawel itu sesaat
nggak papa kan, huhuhuy. Setelah lama berjalan akhirnya Ia sampai ke venue tempat Ia akan berlatih.
“ Silahkan mas, ada yang
bisa saya bantu?” ujar mbak penjaga tempat itu dengan logat bahasa inggris yang
kental
“ Saya mau ketemu Mr.
Anderson, dimana ya?” Tanya Jo sopan
“ Ohh. Langsung masuk aja, Mr. Anderson ada didalam”
Jo langsung memasuki GOR itu dengan semangat. Besar juga fikirnya. Sesuai
dengan apa yang Ia harapkan. Tiba-tiba terlihat seseorang mengahampiri
kearahnya.
“ You must be Jonathan right?”
“ Yes, Are you Mr. Anderson?
“ Ya tentu saja, come on. Kamu sudah ditunggu” ujar Mr Anderson sambil
menarik tangan Jo ke kerumunan yang sedang berlatih bulutangkis. Ternyata
mereka sedang berlatih footwork. Mata Jo sibuk memandangi
sekeliling, dan degg, bola matanya terpaku pada seorang gadis yang sedang lari
kesana kemari mengambil shuttlecock
dikiri dan kanan lapangan secara bergantian. Itu kan cewek yang Ia tabrak tadi.
Dia disini juga. Kini hatinya mulai penasaran. Siapa sih sebenernya cewek itu?
***
Latihan hari ini usai, semua
berkemas hendak pulang ke rumah masing-masing. Tak terkecuali dengan Jo. Namun
saat mau pulang dia kembali berpapasan dengan cewek yang Ia tabrak disekolah
tadi.
“ Hei, kita ketemu lagi. Sekali lagi maaf ya soal yang tadi “ Ucap Jo
sambil menggaruk-garuk kepalanya takut kena marah tuh cewek.
“ Bukannya tadi kamu udah
minta maaf ya? “ Ucap cewek tersebut keheranan
“ Iya sih, tapi kamunya diem aja, takutnya masih marah dan nggak dimaafin “
Ucap Jo yang masih merasa bersalah. Sementara cewek itu malah tersenyum
“ Yaelah, santai aja lagi. Masalah gitu doang. Tadi aku cuma keburu-buru
aja” cewek itu mencoba menenangkan
“ Namaku Jo, kamu? Jo mengulurkan tangannya sambil mengernyitkan alis.
Dengan tabiat seperti itu Ia terlihat lebih cool dari biasanya
“ Gronya “ jawabnya pendek seraya menggenggam tangan Jo. Mata Gronya
seperti terhipnotis melihat seseorang yang ada didepannya itu.
***
Tiba di apartemen Jo kaget
karena ayahnya tumben sudah pulang. Biasanya sang Ayah baru tiba saat malam
mulai larut. Entah, Jo jarang sekali ngobrol dengan Ayahnya. Bukannya apa-apa,
waktu mereka emang selalu nggak cocok. Mungkin mereka bertemu hanya saat
sarapan. Tapi itupun jarang bahkan nggak ada hal yang diperbincangkan. Saat
sang ayah pulang, Jo sudah sampai di alam mimpi. Dan sekarang anomali itu
mungkin hanya terjadi hari ini.
“ Udah makan Jo?” Tanya Ayahnya sambil membolak-balik dokumen entah itu
dokumen apa
“ Belum Pah, baru aja selesai latihan “ Jo yang masih terlihat suntuk
“ Ya udah kamu buruan mandi gih, kita makan diluar bareng temen Papah” Seru
sang Ayah bersemangat. Sementara Jo tidak menjawab tetapi langsung menyambar
handuk tanda Ia mengiyakan tawaran Ayahnya barusan.
***
The Aviary Bar &
Restaurant yang terletak di King Street terlihat tak begitu ramai. Maklum ini
bukan weekend. Tapi tak terlihat lengang juga. Jo tak berbuat aneh, Ia hanya
menguntit dibelakang sang ayah. Sementara ayahnya sedari tadi hanya tengak
tengok kesana kemari seperti mencari sesuatu.
“ Itu mereka. Yuk kita kesana” Ujar Ayah Jo pelan
Jo dan ayahnya menghampiri sekumpulan yang terlihat seperti satu keluarga
yang sedang berbincang itu. Ayah Jo lalu menyapa mereka, tak hanya Ayahnya Jo
juga ikut buka suara terkejut melihat siapa yang ada didepannya malam ini.
“ Gronya??” Ucap Jo keheranan
“ Kalian udah kenal?” sang Ayah lebih kaget lagi
“ Iya pah, temen disekolah dan kebetulan kita kenal di ... “
“ ....Iya Om kebetulan kita satu sekolah dan udah ketemu tadi”
belum selesai melanjutkan omongannya, pinggang Jo dicubit oleh Gronya. Kini Gronya mengambil alih perbincangan
belum selesai melanjutkan omongannya, pinggang Jo dicubit oleh Gronya. Kini Gronya mengambil alih perbincangan
“ Baguslah kalau gitu, Jo kenalin ini temen bisnis papah Om Felipe dan
istrinya tante Sonya, dan itu anak mereka Gronya” Ujar Ayah Jo mengenalkan
orang-orang itu bak penghulu yang siap memimpin kawinan.
“ Saya Jo om, tante, nice to meet you “ ucap Jo sopan
Keakraban mereka terasa begitu kental hingga memecah keheningan malam. Tapi
masih timbul satu pertanyaan, pertanyaan tentang sikap Gronya yang aneh malam
itu. Jo masih penasaran. Kenapa tuh cewek moodnya gampang banget berubah-ubah?
***
Teeeet, teet, teeeeeeet ...
Jam istirahat berbunyi,
semua murid berhamburan keluar kelas, kemana lagi tujuan mereka kalau bukan
kantin. Emangnya otak doang yang kudu dijejelin materi, perut ini juga butuh
coy, hahaha. Jo berjalan menyusuri lorong. Dihadapannya terpampang kerumunan
orang, entah apa yang sedang mereka lihat. Penasaran juga, Jo ikutan mampir.
Mading itu dikerubungi banyak orang, kayak pengumuman kelulusan aja? Aneh deh.
Padahal ini kan masih tahun ajaran baru. Jo semakin bertanya-tanya. Di mading
itu ada apaan sih?
GET READY !!!
Spesial Performance from the
most talented young lady
GRONYA SOMERVILLE
Don’t miss it, find her at
Mount Lawley
Kira-kira seperti itulah poster yang terpampang di mading sekolah. Gronya?
Nyanyi? Nggak salah tuh. Keren juga tuh anak. Jo heran ternyata cewek aneh itu
nggak cuma jago main bulutangkis, tapi juga bisa nyanyi, di Mount Lawley lagi.
Keren nggak tuh. Tapi ngomong-ngomong dimana ya tuh anak? Jo membalikkan badan
bermaksud mencari orang yang mejeng di poster tadi sekedar ngucapin selamat.
***
“ Heii, disini kamu rupanya,
congrats ya” Ucap Jo yang langsung duduk berhadapan dengan Gronya
“ For?” Ucap Gronya keheranan sambil menikmati sandwich
“ Nggak usah belagak bego deh gro, ini traktirannya kan?kayaknya enak tuh “
Jo langsung menyambar Orange Squash yang ada dihadapannya.
“ Kamu ngomong apa sih? Balikin
nggak minum Aku! “ kini Gronya mulai naik pitam
“ Sewot amat sih non, iya deh yang bakalan tampil di Mount Lawley “ Jo
mulai menggoda cewek Aussie berwajah oriental itu. Sementara Gronya tersipu
terlihat dari pipinya yang memerah.
“ Kok kamu bisa tahu?” giliran Gronya yang penasaran
“ Semua orang juga udah tau lagi, oh ya pas kamu tampil aku bakal teriak di
barisan yang paling depan”
“ Yeaah, You should !”
Mereka kini terlihat makin akrab. Tak jarang tawa mereka pecah seiring
kelucuan-kelucuan yang mereka timbulkan. Jo yang awalnya berfikir kalau Gronya
itu cewek yang cuek ternyata salah besar.
“ Eh iya Jo, Aku mau ngomong sesuatu sama kamu ” Gronya kembali membuka
perbincangan
“ Soal apa?” kini Jo penasaran
“ Tapi kamu harus janji dulu nggak akan bilang ke siapa-siapa terutama sama
Papah aku” Gronya terlihat yakin kali ini, sementara Jo hanya bisa mengiyakan
“ Ga jadi deh, nanti aja “ Gronya kemudian berlari meninggalkan kantin,
pergi meninggalkan Jo yang cuma terpaku siang itu.
***
Mount Lawley terlihat ramai
sekali, orang-orang berdesakan menyelimuti bangunan yang terkenal dengan
pertunjukkan musik itu. Jo tak memperdulikan sekeliling. Yang ada dipikirannya
sekarang adalah Ia harus segera masuk dan berada dibarisan paling depan.
Setelah berdesakan akhirnya ia sampai dibarisan yang ia kehendaki. Ia tak sabar
melihat pertunjukkan terbaik abad ini. Sepertinya yang ini lebay, hahaha. Jo
sebenarnya nggak terlalu suka musik. Tapi buat Gronya apa sih yang nggak bakal
Ia lakukan.
Lighting tiba tiba gelap, sedikit-demi sedikit muncul seberkas cahaya yang
menyinari, menyorot seseorang yang terlihat anggun diatas sana. Gronya cantik
sekali malam ini. Berbalut busana merah menyala membuat semua orang
terhipnotis. Gronya mulai menyanyi, suaranya lembut. Ia membawakan lagu Stay
dari Miley Cyrus.
Well it's good to hear your voice
I hope you're doing fine
And if you ever wonder
I'm lonely here tonight
I'm lost here in this moment
And time keeps slipping by
And if I could have just one wish
I'd have you by my side
Ooh oh, I miss you
Ooh oh, I need you
I love you more than I did before
And if today I don't see your face
Nothing's changed, no one can take your place
It gets harder, everyday
Say you love me more than you did before
And I'm sorry it's this way
But I'm coming home, I'll be coming home
And if you ask me I will stay, I will stay
Penonton bertepuk tangan. Gemuruh sekali. Sementara Jo hanya bisa
terbelalak. Entah kenapa Jo mulai kagum dengan cewek ini. Entah kenapa cewek
ini seperti menghipnotis dirinya yang siap terbang ke alam mimpi. Jo mulai
merasakan perasaan aneh. Perasaan aneh yang seharusnya tak ia miliki. Tidak, Jo
tidak boleh jatuh cinta dengan Gronya, Jo masih memiliki Masita yang setia
menunggu di Indonesia. Tapi perasaan ini juga tak mudah untuk dibantahkan.
Mungkin Ia harus menunggu sampai waktu yang menjawabnya.
***
“ Kamu keren banget, cantik
lagi “ Puji Jo pada Gronya
“ Makasih kamu udah mau dateng” Ucap Gronya sambil tersenyum, senyum yang
beda dari biasanya.
“ Aww” Gronya menggosok matanya, nampaknya ia kelilipan, udara malam Perth
kali ini memang tak terlihat bersahabat.
“ Biar kulihat ” Jo berupaya menawarkan bantuan, tangannya menangkup wajah
Gronya pelan dan meniup-niupnya dengan nafas segar. Sesekali ia terlihat
canggung tak pernah ia berada dengan Gronya sedekat ini. Nafasnya seperti mulai
tidak teratur.
“ Jo, kaukah itu?” tiba-tiba seberkas suara muncul dari arah samping.
Jo menoleh kaget setengah
mati “Masita”
***
Masita berlari sekencang-kencangnya.
Batinnya kini bergejolak. Sebenarnya ia tak tahu harus lari kearah mana. Tapi yang
ia tahu Ia harus lari menghindari Jo. Menghindari kekasih yang membuat hatinya
hancur beberapa menit tadi.
“ Masita, Masita ... ” Jo berlari tak kalah kencangnya. Perutnya bergetar
menahan ketakutan yang ia hadapi saat ini.
Masita menyerah, ia tak sanggup berlari lagi. Cepat atau lambat Jo pasti
akan menyusulnya. Ia memilih berhenti dan mengatur nafasnya yang mulai kembang
kempis.
“ Masita.. “ kini Jo menggenggam tangan kekasihnya itu. Masita tersipu,
tapi Ia harus menampik perlakuan itu. Hatinya kini diselimuti perasaan cemburu.
“Aku bisa jelaskan”
“ Apa yang ingin kamu jelaskan? Dari dulu kamu memang tidak menyukaiku”
cewek itu masih belum berbalik.
“ Kamu salah paham, ini tidak seperti yang kamu fikirkan” Jo menjelaskan
semua yang terjadi. Mulai dari kejadian kelilipan tadi sampai siapa cewek yang
bersamanya itu. Masita mungkin memang tidak bisa percaya begitu saja. Tetapi
melihat perlakuan pacarnya itu ia tidak kuat lagi. Hatinya kini mulai luluh.
“ Sungguh kau tidak selingkuh?” Masita menatap wajah itu yakin. Sementara
Jo tak mengeluarkan sepatah katapun. Tetapi membuat isyarat dengan kedua
jarinya tanda ia tak berbohong, sambil mengatur nafasnya yang tercecer sedari
tadi. Nampaknya perang telah usai.
“ Hei, lalu apa yang kau lakukan disini? Segitu kangennya kah sampai
menyusulku kemari?” Jo keheranan namun senyum tipis tak bisa ia sembunyikan
“ Aku ikut tanteku kemari, tapi cuma beberapa hari. Dan hari ini dibuka
dengan kejutan kecil darimu” Masita menjelaskan lantas bernalik membelakangi Jo
“ Masih ngambek nih? Jo harus ngelakuin apa biar kamu nggak ngambek lagi?“
cowok itu berusaha menghibur. Memecah suasana yang mulai malam.
“ Yakin kamu bakal ngelakuin apa aja?” Masita menantang. Sementara Jo cuma
mengangguk pelan. “ Kamu harus ngajak aku jalan keliling Perth, dan bilang Jo
Love Masita” terlihat senyum kemenangan muncul di raut mukanya
“ Gitu doang? Siapa takut ! “ Jo balik menantang
***
Latihan kali ini terlihat
berbeda dari biasanya. Mr. Anderson membebaskan anak didiknya untuk bebas
melakukan latihan apapun. Jo memilih bermain-main ringan saja. Sparing dengan
temannya adalah menunya sore ini. Di sasana ini memang Jo terlihat lebih unggul
dari yang lain. Ia menguasai beberapa teknik bulutangkis dengan baik. Bahkan
rencananya ia akan mengikuti turnament bulutangkis antar sekolah.
Pukulan kearah kiri lapangan menyudahi pertandingannya kali ini. Jo
kemudian menepi. Diambilnya handuk dan dioleskannya ke seluruh tubuh yang
bercucuran peluh. Tangannya mencari tumbler. Tapi ia tak juga menemukannya.
Perasaan tadi Ia tarus didalam tas ini kenapa sekarang nggak ada.
“ Cari ini bos? “ Tangan Gronya mengulurkan tumbler Jo kearahnya. Jo heran
kenapa tumblernya bisa ditangan Gronya.
“ Thanks “ Jo meneguk tumbler itu
cepat. Tenggorokannya terasa kering. Sedikit pengairan mungkin
mengobati.
“ Tadi malam itu pacarmu? “ Tanya Gronya penasaran, berharap Jo mengatakan
tidak
“ Oh, sorry ya soal tadi malam. Iya dia pacarku. Biasa, salah paham“ Degg hati Gronya seakan tercabik-cabik. Ia
tidak kuat menahan rasa ini lagi. Belum usai masalah satu, masalah lain timbul
silih berganti.
“ Santai aja “ jawabnya kini cuek
“ Kamu nggak papa? Oh ya waktu itu kamu mau ngomong apa? Aku nungguin nih”
Jo mendekatkan kepalanya dan bersiap memasang kuping kearah Gronya.
“ Gak papa “
“ Bohong, waktu itu aku lihat matamu berbeda” ucap Jo menyerngit. Gronya
harus menyembunyikan perasaannya.
“ Oh .. aku cuma mau bilang kalau sebenarnya Papah aku nggak suka aku main
bulutangkis” Gronya mulai menjelaskan. Sebenarnya bukan itu yang ingin ia
jelaskan. Tapi Ia pikir tak ada salahnya juga. Gronya memang anak satu-satunya
dikeluarga tersebut. Ayahnya dulu suka sekali bulutangkis. Tetapi karena
keseringan main. Ia terkena cidera paha yang cukup parah. Sampai-sampai harus
operasi beberapa kali.
“ Makanya pas kamu ketemu papahku, aku langsung cubit kamu, biar nggak
cerita aneh-aneh soal bulutangkis. Maaf ya soal itu” Gronya menambahi, dia juga
bilang kalau sebenarnya dia ikut latihan disini diam-diam.
“ Sebenarnya aku ikut nyanyi itu juga kepaksa, aku nggak suka nyanyi,
Papahku yang minta” Gronya menjelasakn tentang dirinya panjang lebar. Sementara
Jo cuma bisa manggut-manggut. Terlihat air mata membanjiri kedua pipinya.
“ Jangan nangis Gro, mungkin papah kamu cuma pengen yang terbaik untuk
kamu” Jo menghapus air mata Gronya pelan. Gronya merasa sangat nyaman kali ini.
Tak pernah ada seseorang yang memperlakukannya semanis itu.
“ Besok kita jalan yuk“ Jo mengalihkan perhatian. Gronya hanya terpaku
tanda mengiyakan ajakan itu.
“ Aku tunggu ditaman deket Swan River” Ucap Jo yang berlalu pergi
***
Gronya duduk tenang di
bangku, matanya dimanjakan dengan pemandangan sekitar Sungai Swan. Hatinya
berdebar-debar. Ia tak bisa membayangkan apa yang akan ia lakukan nanti. Jo
benar-benar membutakan pikirannya. Tiba-tiba terdengar suara menyaut.
“ Gro..” Jo berlari menghampirinya,
tapi kali ini ia tidak sendiri. Jo bersama cewek. Hati Gronya seraya pecah.
Moodnya kini benar-benar turun.
“ Sorry telat, oh ya kenalin
ini pacar aku Masita, Masita kenalin ini temen aku Gronya”
“Masita..” Masita menjabat
tangan Gronya pelan. Sebenarnya ia minder bertemu cewek sebening Gronya.
Awalnya saat Jo bilang kalu dia ngajak Gronya, Ia sempat illfeel. Tapi kalau ditolak, takutnya Jo malah kelayapan seenaknya
sama bule Aussie itu.
Sementara Gronya nampak tak
semangat sore ini. Awalnya dia berfikir hanya pergi bersama dengan Jo, Tapi
bagai pungguk yang merindukan bulan rasanya itu tak mungkin. Apalagi status Jo
yang sudah jadi milik orang lain.
Mereka menyusuri pinggri
sungai Swan sore itu. Jo dan Masita terlihat mesra sekali. Apalagi Masita
beberapa kali menyandarkan kepalanya dibahu pacarnya itu. Mereka asyik
bercakap-cakap. Sementara Gronya terlihat sedikit gedeg. Apa coba motivasi Jo mengajak dirinya jalan-jalan sore ini.
Bukannya menghibur justru bikin mood Gronya tambah jelek. Apalagi melihat Jo
dan Masita asyik dengan dunianya sendiri. Puas berkeliling, mereka memutuskan
mampir di kedai makanan.
“ Kamu mau makan apa ay? “
Tawar Jo pada sang pacar.
“ Terserah kamu aja deh “
Jawab Masita manja
“ Gro, kamu mau makan apa? “
Tanya Jo tak kalah lembutnya
“ Terserah, ngikut aja “
jawab Gronya singkat. Jawaban seperti mereka ini yang paling Jo benci. Emang
ada makanan Terserah?. Dasaar cewek.
“ Ya udah aku pesen dulu yah” Ucap Jo seraya pergi meninggalkan mereka
berdua
“ Kamu udah lama temenan sama Jo? “ Tiba-tiba Masita nyeletuk pada Gronya
yang sedari tadi diam.
“ Lumayan, kebetulan kita satu sekolah” Jawab Gronya dengan sedikit senyum
tipis mengembang
“ Jo gimana orangnya?” kini Masita seperti menyelidik
“ Baik kok. Kalian udah lama
pacaran?” kini Gronya balik nanya, sebenarnya dirinya malas melontarkan
pertanyaan ini.
“ Udah 2 tahun “ jawab
Masita pendek.
“ Lama juga ya, semoga
langgeng “ Gronya tersenyum. Walau dia sedikit ragu dengan perkataannya barusan
***
Jo mengambil koper itu dari
mobil. Koper ini berat sekali. Masita emang ribet kalau bawa barang. Hari ini
Masita harus pulang ke Indonesia. Urusan tantenya di Australlia telah selesai.
Rasanya ia masih pengen berlama-lama disini. Menghabiskan waktu bareng pacarnya
itu setiap hari. Jo hanya bisa mengantarkan Masita sampai Airport. Jo
sebenarnya Juga rindu Indonesia. Tapi mau gimana lagi. Ia tak bisa berbuat
banyak.
“ Ati-ati non, jangan nakal
” ucap Jo pada Masita yang sibuk dengan barang bawaannya.
“ Kamu yang jangan nakal, awas
aja kalau ketahuan macem-macem”
“ Siaaap Komandan “ Ucap Jo
sambil hormat seperti sersan yang tunduk pada panglimanya.
Mereka berdua terkekeh.
Masita mulai berlalu. Tak ada tindakan lain yang bisa dilakukan Jo selain
melambaikan tangan pada kekasihnya itu.
***
“Jo ada surat tuh” Ucap
papahnya yang melihat Jo yang baru bangun karena memang hari libur.
“ Dari siapa pah?” Tanya Jo
sambil berjalan menghampiri surat itu
“ Dari Pak Pos “ Ayah Jo
memang bener-bener gokil, ya iyalah dari Pak Pos, masak iya dari Pak camat.
Mungkin ini surat dari Masita, dasar tuh cewek di jaman yang secanggih ini
masih aja pakai surat. Kaya hidup di jaman Purba aja. Tapi ternyata tebakan Jo
salah. Ini bukan dari Masita, tapi dari Gronya.
Hai Jo, kamu pasti kaget aku ngirim surat ini. Sebenarnya aku mau
bilang langsung sama kamu tapi kita sekarang jarang sekali ketemu. Aku harus
pindah Jo. Papah mengajakku pindah ke Melbourne, katanya karir bermusik aku
bakal bagus disini. Awalnya aku menolak. Tapi seperti kata kamu, mungkin papah
emang pengen yang terbaik buat aku. Dan aku berfikir apa salahnya di coba.
Apalagi Perth mengukir kenangan pahit buatku. Dan sepertinya aku tidak akan
kembali lagi kesana. Mungkin disini aku bisa mengukir kenangan yang lebih
manis. Aku harus memulai semuanya dari nol. Terima kasih mau menjadi temanku
selama ini. Maaf ya baru ngasih tahu sekarang.
-Gronya-
Jo kaget bukan kepalang.
Rasanya gejolak batin muncul dari pikirannya. Bagaimana bisa Gronya pergi
secepat ini. Rasanya ini mimpi. Ini bukan kenyataan. Berulang kali ia menampik
hal itu. Mungkin Jo memang punya Masita. Tapi Gronya berbeda. Rasanya Ia juga
tak bisa menampik kalau dirinya juga suka dengan Gronya. Cewek cuek yang penuh
dengan segudang prestasi. Ia hanya bisa menyesali kepergian Gronya itu.
***
Satu tahu kemudian
Gemuruh supporter membajiri
Sidney Olympic Park. Hari ini sedang berlangsung Final Kejuaraan Nasional
Bulutangkis Australlia. Di nomor tunggal putra sedang berhadapan Jonathan
Christie atlet asal Indonesia melawan Daniel Guda veteran asal Australia.
Pertandingan berlangsung seru, kedudukan 19-15 di game kedua ini untuk
keunggulan Jo sapaan akrabnya. Game pertama berhasil ia rebut dengan mudah
21-12 itu artinya dua poin lagi Jo akan mencatatkan namanya sebagai Juara
Nasional Bulutangkis Australlia. Netting ciamik yang baru saja ia lakukan
mengelabuhi Daniel. Match Point 20-15. Satu angka lagi dibutuhkannya untuk
menyudahi perlawanannya hari ini.
“ Whoaaa ...” baru saja
tipuan silangnya masuk di pinggir lapangan tak dapat diantisipasi dengan baik
oleh Daniel. Game 21-15. Jo meluapkan euforia kemenangannya itu dengan
berteriak girang.
***
Ladies and Gentlement we call the
Winner of National Badminton Championship, give a big applause for Jonathan Christie.
Ucapan speaker barusan diikuti riuh rendah suporter yang memadati Sidney
Olympic Park. Jo naik ke podium. Rasanya senang bukan kepalang. Kalungan
mendali ia dapati. Namun matanya tak henti menatap tribun VIP. Disana berdiri
seseorang yang sedari tadi menyemangati dirinya. berbalut Jersey Ungu, ia
nampak anggun sekali.
Gronya, cewek itu kembali lagi. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya
kini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar